jam

Sekarang Menunjukkan Jam


Senin, 17 Juni 2013

Tabligh Akbar

UMK-Forum Mahasiswa Islam (FORMI) Universitas Muria Kudus bekerjasama dengan pengurus Takmir Masjid Darul 'Ilmi UMK pada tanggal 4 Juni 2013 di Masjid UMK mengadakan acara "UMK BERSHOLAWAT" dalam rangka peringatan Isro' Mi'roj Nabi Muhammad SAW 1434 H dengan mengusung tema "Pertemuan Hamba Allah Yang Mulia dengan Dzat Yang Maha Suci". Terkait tema tersebut, Ali Muhtar selaku ketua panitia kegiatan menuturkan acara ini bertujuan untuk mendalami makna penting dibalik peristiwa Isro' Mi'roj selain itu bertujuan untuk membumikan budaya sholawat kepada Baginda Rosul Muhammad SAW di lingkungan kampus UMK sebagai wujud cinta kita kepada beliau atas jasanya sebagai Uswatun Hasanah bagi seluruh makhluk di Jagad Raya.
Acara yang juga didukung oleh Universitas dan Yayasan UMK dimulai ba'da isya' dengan diawali lantunan Qosidah Simtudurror dari group Rebana Al Mubarok dari Kudus. Ratusan jama'ah membanjiri Masjid Darul 'Ilmi UMK yang terdiri dari kalangan civitas akademika kampus, tamu undangan dan seluruh warga muslim di sekitar kampus.
Setelah berjam-jam jama'ah menunggu  kehadiran sang Pembicara. Akhirnya sang ustadz datang juga, disambut dengan berjabat tangan dengan para jama'ah serta penari-penari sufi dengan diiringi lantunan qosidah.
Ustadz yang terkenal dengan sebutan "Mana Dalilnya", Alhabib Naufal bin Muhammad Al'aydrus selaku sebagai pembicara dalam acara tersebut menjelaskan, "waktu malam adalah waktu yang berkah terlebih waktu sepertiga malam, karena peristiwa-peristiwa penting Islam semua terjadi diwaktu malam" ujarnya.
Lebih jauh, beliau memaparkan inti dalam perjalanan Rosulullah SAW dalam Isro' Mi'roj adalah Barokah.Beliau juga menuturkan "dalam hidup tidak usah pusing dan mumet, semua itu ada karena kita mikir  kalau kita merasa memiliki sesuatu di dunia ini" imbuhnya. Selain itu, beliau menambahkan "kalau kita mau sesuatu tinggal minta dengan Allah SWT pasti akan diberi" ujar beliau dengan jama'ah.(Athar-FORMI)

Senin, 10 Juni 2013

Menyambut Ramadhan

GEMBIRA
Menyambut Bulan Ramadhan
Ramadhan Karim, Marhaban Yaa Ramadhan.....
         Sungguh kita semua bergembira sepenuh hati dengan datangnya bulan Ramadhan yang penuh berkah. Rasa gembira ini adalah cerminan ketaqwaan yang ada dalam hati kita, karena sejatinya bulan Ramadhan adalah salah satu dari syi'ar dalam agama kita yang harus senantiasa kita hormati dan agungkan. Allah SWT berfirman:
"Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati." (Q.S. Al-Hajj: 32)

           Karenanya, sungguh mengherankan jika ada sebagian kaum muslimin yang justru merasa berat dengan hadir bulan Ramadhan, merasa bahwa Ramadhan mengekang segala kebebasan dan kemerdekaannya. Atau ada pula yang merasa biasa-biasa saja, merasa bahwa Ramadhan hanyalah rutinitas belaka, yang datang silih berganti sebagaimana bulan-bulan lainnya. Sikap seperti ini tentu saja bukan cerminan ketaqwaan yang ada dalam hati. Melainkan timbul dari hati yang sakit atau jiwa yang lekat dengan maksiat. Tentu saja kita berlindung dari sikap yang demikian. Na'udzubillah tsuma na'udzubillah ...
        Kita wajib bergembira akan hadirnya Ramadhan, karena bulan ini membawa banyak keutamaan bagi kita semua. Jika kita merenunginya satu persatu lebih mendalam maka tentulah kegembiraan itu akan kian bertambah lengkap dan sempurna. Marilah kita melihat berapa keutamaan Ramadhan yang menjadi alasan kita bersuka cita menyambutnya.
       PERTAMA, karena Ramadhan adalah bulan penggugur dosa kita. Rosulullah SAW bersabda: "Shalat lima waktu, shalat jum'at sampai ke shalat jum'at berikutnya, puasa Ramadhan ke puasa Ramadhan berikutnya adalah sebagai penghapus (dosa) apabila perbuatan dosa besar ditinggalkan. " (H.R. Muslim).
         KEDUA, karena Ramadhan merupakan bulan musim kebaikan, dimana kita semua menjalankan ibadah denga penug semangat, berbondong-bondong dan sungguh terasa lebih ringan. Inilah yang dijelaskan dalam hadits Rosulullah SAW.
"(Bulan dimana) dibuka pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka, setan-setan dibelenggu. Dan berserulah malaikat, 'Wahai pencari kebaikan, sambutlah. Wahai pencari kejahatan, berhentilah!' (demikian) sampai berakhirnya Ramadhan." (H.R. Ahmad)
       KETIGA, karena Ramadhan bulan dimana ukhuwah kita meningkat. Bayangkan saja, bagaimana hari-hari ini dipenuhi dengan banyak pertemuan antarjamaah masjid, dari mulai shalat Tarawih berjama'ah, tadarusan selepas Tarawih, hingga shalat shubuh berjama'ah. Kaum muslimin berkumpul setiap harinya dan merasakan keindahan ukhuwah yang luar biasa. Bahkan bukan hanya di luar rumah, di dalam rumah pun kita menemukan keharmonisan yang bertambah saat Ramadhan tiba.
    Marilah kegembiraan ini kita jadikan sebagai pemicu awal untuk lebih bersemangat dalam mengarungi samudra keberkahan Ramadhan dengan ragam ibadahnya yang mulia. Dan semoga Allah SWT memudahkan kita dalam menjalani satu persatu rangkaian ibadah di bulan Ramadhan.
Amin Yaa Rabb ...  
  
  
   

Selasa, 16 April 2013

ALLAH MAHA SUCI

Allah Ada tanpa Tempat    Keyakinan yang paling mendasar setiap Muslim adalah meyakini bahwa Allah subhanahu wa ta‘ala Maha Sempurna dan Maha Suci dari segala kekurangan. Allah subhanahu wa ta‘ala Maha Suci dari menyerupai makhluk-Nya. Allah subhanahu wa ta‘ala juga Maha Suci dari tempat dan arah. Allah subhanahu wa ta‘ala ada tanpa tempat. Demikian keyakinan yang paling mendasar setiap Muslim Ahlussunnah Wal-Jama’ah. Dalam ilmu akidah atau teologi, keyakinan semacam ini dibahasakan, bahwa Allah subhanahu wa ta‘ala memiliki sifat Mukhalafatuhu lil-Hawaditsi, yaitu Allah subhanahu  wa ta‘ala wajib tidak menyerupai makhluk-Nya.
       Ada sebuah dialog yang unik antara seorang Muslim Sunni yang meyakini Allah subhanahu wa ta‘ala ada tanpa tempat, dengan seorang Wahhabi yang berkeyakinan bahwa Allah subhanahu wa ta‘ala bertempat. Wahhabi berkata: “Kamu ada pada suatu tempat. Aku ada pada suatu tempat. Berarti setiap sesuatu yang ada, pasti ada tempatnya. Kalau kamu berkata, Allah ada tanpa tempat, berarti kamu berpendapat Allah tidak ada.”  Sunni menjawab; “Sekarang saya akan bertanya kepada Anda: “Bukankah Allah telah ada tanpa tempat sebelum diciptakannya tempat?” Wahhabi menjawab: “Betul, Allah ada tanpa tempat sebelum terciptanya tempat.” Sunni berkata:  “Kalau memang wujudnya Allah tanpa tempat sebelum terciptanya tempat itu rasional, berarti rasional pula dikatakan, Allah ada tanpa tempat setelah terciptanya tempat. Mengatakan Allah ada tanpa tempat, tidak berarti menafikan wujudnya Allah.
     Wahhabi berkata: “Bagaimana seandainya saya berkata, Allah telah bertempat sebelum terciptanya tempat?” Sunni menjawab: “Pernyataan Anda mengandung dua kemungkinan. Pertama, Anda mengatakan bahwa tempat itu bersifat azali (tidak ada permulaannya), keberadaannya bersama wujudnya Allah dan bukan termasuk makhluk Allah. Demikian ini berarti Anda mendustakan firman Allah subhanahu wa ta‘ala:

“Allah-lah pencipta segala sesuatu.” (QS. al-Zumar : 62)
      Kemungkinan kedua, Anda berpendapat, bahwa Allah itu baru, yakni wujudnya
Allah terjadi setelah adanya tempat, dengan demikian berarti Anda mendustakan
firman Allah subhanahu wa ta‘ala: 

“Dialah (Allah) Yang Maha Awal (wujudnya tanpa permulaan) dan Yang Maha Akhir (Wujudnya tanpa akhir).” (QS. al-Hadid : 3).

       Demikianlah dialog seorang Muslim Sunni dengan orang Wahhabi. Pada dasarnya, pendapat Wahhabi yang meyakini bahwa wujudnya Allah subhanahu wa ta‘ala ada dengan tempat dapat menjerumuskan seseorang keluar dari keyakinan yang paling mendasar setiap Muslim, yaituAllah subhanahu wa ta‘ala Maha Suci dari segala kekurangan.
          Tidak jarang, kaum Wahhabi menggunakan ayat-ayat al-Qur’an untuk membenarkan keyakinan mereka, bahwa Allah subhanahuwa ta‘ala bertempat di langit. Akan tetapi, dalil-dalil mereka dapat dengan mudah dipatahkan dengan ayat-ayat al-Qur’an yang sama.

by http//:pustakaaswaja.web.id