إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي مَقَامٍ أَمِينٍ فِي
جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ يَلْبَسُونَ مِن سُندُسٍ وَإِسْتَبْرَقٍ
مُّتَقَابِلِينَ كَذَلِكَ وَزَوَّجْنَاهُم بِحُورٍ عِينٍ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada di tempat yang aman, (yaitu) di dalam taman-taman dan mata air-mata air.
Mereka memakai sutera yang halus dan sutera yang tebal, (duduk)
berhadap-hadapan. Demikianlah. Dan kami jodohkan mereka dengan bidadari
bermata jeli.” [Qs. Ad-Dukhan: 51-54]
وَحُورٌ عِينٌ كَأَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُونِ
”Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan.” [Qs. Al-Waqi’ah: 22 – 23]
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ
وَنَعِيمٍ فَاكِهِينَ بِمَا آتَاهُمْ رَبُّهُمْ وَوَقَاهُمْ رَبُّهُمْ
عَذَابَ الْجَحِيمِ كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئاً بِمَا كُنتُمْ
تَعْمَلُونَ مُتَّكِئِينَ عَلَى سُرُرٍ مَّصْفُوفَةٍ وَزَوَّجْنَاهُم
بِحُورٍ عِينٍ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa
berada dalam surga dan kenikmatan, mereka bersuka ria dengan apa yang
diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka; dan Tuhan mereka memelihara
mereka dari azab neraka. (Dikatakan kepada mereka): `Makan dan minumlah
dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan`, mereka
bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka
dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli.” [Qs. At-Thur: 17-20]
Lafadz “bihurin `in” (bidadari bermata
jeli) dalam ayat-ayat di atas diartikan sebagai wanita yang mempunyai
bola mata yang sangat indah, cemerlang, dan mempesona, yang sanggup
menggetarkan hati siapapun yang memandangnya.Rasulullah Saw. telah
menjelaskan dengan gamblang bidadari surga ketika beliau berdialog
dengan Ummu Salamah[1] radhiyallahu ‘anha (Ra), istri baginda Nabi Saw.
Diriwayatkan oleh Imam Attabraniy dalam
sebuah hadits dari Ummu Salamah ra, bahwa ia (Ummu Salamah Ra) berkata :
“Ya Rasulallah, jelaskanlah padaku tentang firman Allah ‘yang bermata
jeli.’”
Rasulullah Saw. menjawab: “Bidadari yang kulitnya bersih, matanya jeli dan lebar, rambutnya berkilau bak sayap burung nazar.”
Ummu Salamah Ra berkata lagi:
“Jelaskanlah padaku ya Rasulallah tentang firmanNya: ‘laksana mutiara
yang tersimpan’ (QS. Al-Waqi’ah: 23).”
Rasulullah SAW menjawab: “kebeningannya
bak kebeningan mutiara yang tersimpan dalam cangkangnya di kedalaman
lautan, tidak pernah tersentuh oleh tangan manusia.”
Ummu Salamah Ra kembali bertanya: “Jelaskanlah kepadaku tentang firman Allah: ‘di dalam syurga itu ada bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik’ (QS. Ar-Rahman: 70)”
Beliau menjawab: “Akhlaknya baik dan parasnya cantik jelita.”
Kembali Ummu Salamah Ra bertanya:
“Jelaskan padaku tentang firman Allah: ‘Seakan-akan mereka adalah telur
(burung unta) yang tersimpan dengan baik’ (QS. Ash-Shaffat: 49)”
Beliau menjawab: “Kelembutannya seperti
kelembutan kulit yang ada pada bagian dalam telur dan terlindungi oleh
kulit bagian luarnya.”
Ummu Salamah Ra bertanya lagi: “Ya Rasulallah, jelaskan padaku tentang firman Allah: ‘penuh cinta lagi sebaya umurnya’ (QS. Al-Waqi’ah : 37)”
Beliau menjawab: “Mereka-mereka adalah
wanita-wanita yang meninggal di dunia dalam usia lanjut dalam keadaan
rabun dan beruban, lalu Allah menjadikan mereka wanita-wanita muda
(gadis) yang umurnya sebaya (tidak pernah tua ditelan usia).”
Ummu Salamah Ra bertanya lagi: “Ya Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli.”
Beliau menjawab: “Wanita-wanita dunia lebih utama (lebih baik) dari bidadari, seperti kelebihan yang nampak dari apa yang tidak terlihat.”
Ummu Salamah Ra bertanya: “Mengapa wanita-wanita dunia lebih utama dari bidadari di surga ya Rasulallah?”
Beliau menjawab: “Karena shalat mereka,
puasa mereka dilakukan semata-mata untuk Allah Swt. Allah meletakkan
cahaya di wajah mereka, pakaian mereka dari kain sutera yang sangat
halus, kulit mereka putih bersih, pakaiannya berwarna hijau,
perhiasannya kemuning emas, sanggulnya terbuat dari mutiara dan sisirnya
terbuat dari emas murni. Mereka (wanita-wanita dunia) berkata: “(di
surga) Kami hidup abadi dan tidak mati,
kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali, kami senantiasa
mendampingi dan tidak beranjak sama sekali, kami rido dan tidak pernah
bersungut (dengki/iri/ghibah) sama sekali, berbahagialah orang yang
memiliki kami dan kami memilikinya.”
Ummu Salamah Ra meneruskan pertanyaannya:
“Salah seorang wanita diantara kami ada yang telah menikah dua, tiga
atau empat laki-laki dan ia meninggal dunia. Dia masuk surga kemudian
mereka (Laki-laki yang pernah menjadi suaminya) juga masuk surga, siapakah diantara laki-laki itu yang akan menjadi suaminya di surga?”
Beliau menjawab: “Wahai Ummu Salamah,
wanita itu disuruh memilih, dan dia pun memilih siapa di antara mereka
yang paling baik akhlaknya, lalu dia berdoa ‘Ya Rabb, sesungguhnya
lelaki inilah yang paling baik akhlaknya
kepadaku tatkala aku hidup bersamanya di dunia, maka nikahkanlah aku
dengannya’. Wahai Ummu Salamah akhlak yang baik itu akan pergi membawa
dua kebaikan, kebaikan di dunia dan diakhirat.” (HR. Atthabrany)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar